





sekarang aku berada di rimba kalimantan barat.tampak di depanku pohon meranti yang berumur ratusan tahun.hutan yang penuh rawa itulah gambar hutan2 di kalimatan barat










Buah asam ini banyak digunakan sebagai pengasam makanan di daerah Kalimantan. Di Jakarta, asam ini dulu sering dijajakan di sekolah-sekolah sebagai jajanan anak. Bentuk buahnya sebesar kelereng, warna kulitnya jika sudah diperam berwarna kehitaman dengan daging buah kecoklatan. Rasanya asam namun tidak seasam asam jawa.

Pohon Tengkawang yang termasuk dalam golongan kayu kelas tiga (umumnya digolongkan sebagai Meranti Merah) mempunyai ciri-ciri khas dengan pohon yang tinggi besar, mempunyai banyak cabang dan berdaun rimbun. Uniknya tanaman ini tidak tiap tahun berbuah. Tumbuhan ini hanya berbuah sekali dalam periode antara 3-7 tahun yang terjadi sekitar bulan Juni – Agustus.
Mungkin lantaran masa berbuahnya yang tidak setiap tahun inilah yang menyebabkan orang jarang yang membudidayakan tumbuhan ini. Pohon Tengkawang yang menjadi maskot Kalimantan Barat ini hampir seluruhnya hidup liar di hutan-hutan. Bahkan di hutanpun mulai terancam kepunahan.
Buah Tengkawang menghasilkan minyak lemak yang berharga tinggi. Minyak Tengkawang dihasilkan dari biji Tengkawang yang telah dijemur hingga kering kemudian ditumbuk dan diperas hingga keluar minyaknya.
Secara tradisional, minyak Tengkawang digunakan untuk memasak, penyedap masakan dan untuk ramuan obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.
Ada belasan jenis pohon Tengkawang, di antaranya:
13 (tiga belas) spesies Tengkawang tersebut dilindungi dari kepunahan berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999. Selain ketiga belas jenis tersebut masih terdapat beberapa spesies lain, diantaranya:
Akhir-akhir ini pohon Tengkawan semakin langka karena banyak yang ditebang untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu kayu pohon ini banyak yang dijual dengan harga antara Rp. 300.000 hingga Rp. 600.000 per meter kubik. Mungkin lantaran periode berbuahnya yang lama, antara 3-7 tahun sekali, meskipun minyak Tengkawang yang dihasilkan dati flora maskot Kalimantan Barat ini mempunyai nilai jual yang tinggi.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae (tidak termasuk Eudicots dan Rosids) Ordo: Malvales. Famili: Dipterocarpaceae. Genus: Shorea.
Kopal adalah hasil olahan getah (resin) yang disadap dari batang damar (Agathis alba dan beberapa Agathis lainnya) serta batang dari batang pohon anggota suku Burseraceae (Bursera, Protium). Kopal merupakan bahan dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Bahan ini juga dipakai sebagai campuran lak dan vernis.
Agathis alba menghasilkan kopal yang dikenal sebagai "Manila copal". A. australis menghasilkan "Kauri copal".
Kopal telah lama dikenal dalam kebudayaan Amerika Tengah, seperti Aztek dan Maya. Asal-usul nama "kopal" berasal dari bahasa setempat yang berarti "dupa" atau "setanggi".
Kandungan kopal adalah asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Penggunaannya adalah sebagai bahan perekat pada penambal gigi dan plester, campuran lak dan vernis. Minyak kopal diperoleh dari penyulingan dan digunakan sebagai campuran parfum. Kopal sering dianggap sebagai atau dijadikan pengganti batu damar, dan dijadikan mata cincin.